Oleh. Syaiful HidayatÂ
Malam itu, saya diajak senior untuk main billiard di warkop Bonek Sidoarjo. Sebenarnya, saya sudah lama tidak pernah main billiard. Terakhir kali, saya menyentuh stik billiard mungkin sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu.
Awalnya, saya merasa percaya diri. Saya pikir, main biliard itu mudah. Tinggal pukul bola putih ke bola sasaran, lalu masukkan ke dalam lubang. Tapi ternyata, saya salah besar.
Saat giliran saya tiba, saya merasa kaku banget. Tangan saya gemetar, dan saya tidak bisa fokus. Bola putih yang saya pukul selalu meleset jauh dari sasaran. Bahkan, beberapa kali saya tidak sengaja memasukkan bola putih ke dalam lubang.
Senior saya hanya tersenyum melihat saya yang kesulitan. Ia lalu memberikan beberapa tips dasar. Katanya, main billiard itu butuh konsentrasi dan ketenangan. Kita harus fokus pada bola sasaran, dan jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan.
Saya mencoba untuk mengikuti saran senior saya. Saya mulai mengatur napas, dan mencoba untuk lebih tenang. Tapi tetap saja, saya masih sering melakukan kesalahan. Bola yang saya pukul masih sering meleset, dan saya masih sering salah tebak.
Malam itu, saya main billiard dari jam 11 malam sampai jam 4 pagi. Selama itu, saya hanya bisa memasukkan beberapa bola ke dalam lubang. Sisanya, saya hanya bisa melihat senior saya bermain dengan lincah.
Setelah selesai main, saya merasa sangat lelah. Tapi, saya juga merasa senang karena sudah mencoba lagi main billiard. Saya jadi sadar, ternyata main billiard itu tidak semudah yang saya kira. Butuh latihan dan pengalaman yang banyak untuk bisa mahir dalam bermain billiard.
Waru, 31 Januari 2025